ThawafIfadhah. Halaqah yang ke-9 dari Silsilah Manasik Haji, rukun haji bagian yang ke 2 : Thawaf Ifadhah dan Sai. Rukun haji yang ke 3 adalah Thawaf Ifadhah atau Thawaf Jiarah atau Thawaf Haji. Yang di maksud dengan Thawaf adalah mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali dengan sifat-sifat tertentu.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين Halaqah yang ke sembilan dari Silsilah Ilmiyyah Beriman dengan Takdir Allah adalah tentang “Beriman dengan Takdir dan Mengambil Sebab Bagian 1”. Seorang yang beriman selain diperintah untuk beriman dengan takdir Allah juga diperintah untuk mengambil sebab dan bertawakal kepada Allah Subhānahu wa Ta’āla dan tidak bertawakal kepada sebab tersebut. Rezeki sudah ditakdirkan oleh Allah azza wa jalla dan kita diperintahkan untuk mencari rezeki yang halal. Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman, فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ [QS Al-Jumu’ah 10] “Kemudian apabila sudah selesai shalat Jum’at maka hendaklah kalian menyebar di permukaan bumi dan carilah dari karunia Allah dan perbanyaklah di dalam mengingat Allah, semoga kalian beruntung.” Dan Allah berfirman, …ۗ وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ… [QS Al-Baqarah 275] “Dan Allah telah menghalalkan jual beli.” Dan di dalam sebuah hadits Rasulullah ﷺ bersabda, لَأَنْ يَحْتَزِمَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةَ مِنْ حَطَبٍ فَيَحْمِلَهَا عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ رَجُلًا يُعْطِيهِ أَوْ يَمْنَعُهُ “Sungguh salah seorang di antara kalian mencari satu ikat kayu bakar kemudian mengangkatnya di atas punggungnya lebih baik daripada dia meminta orang lain, baik diberi atau tidak diberi.” [HR Al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu] Dan beliau ﷺ bersabda, لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا “Seandainya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah niscaya kalian akan diberi rezeki, sebagaimana burung diberi rezeki. Pagi-pagi mereka pergi dalam keadaan lapar dan datang di sore hari dalam keadaan kenyang.” [HR At Tirmidzi dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah] Dan burung di dalam mencari rezeki tidak hanya berdiam diri dan berpangku tangan di sarangnya tetapi dia pergi mencari sebab di dalam mendapatkan rezeki tersebut. Dan dahulu para Nabi alaihimussalam bekerja dan mereka adalah orang-orang yang beriman dengan takdir Allah. Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman, وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الْأَسْوَاقِ ۗ… [QS Al-Furqan 20] “Dan Kami tidaklah mengutus sebelummu seorang Rasul pun kecuali mereka memakan makanan dan pergi ke pasar” Dan di dalam sebuah hadits Rasulullah ﷺ bersabda, كَانَ زَكَرِيَّا نَجَّاراً . “Dahulu Nabi Zakaria adalah seorang tukang kayu.” [HR Muslim] Dan Nabi Musa alaihissalam pernah bekerja sebagai seorang penggembala untuk orang yang shaleh dari Madyan selama beberapa tahun, sebagaimana Allah Subhānahu wa Ta’āla sebutkan di dalam surat Al Qashash ayat 27. Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya. والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته Abdullah Roy Di kota Al-Madinah Materi audio ini disampaikan di dalam Grup WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy. UstadzDr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى Beriman Kepada Para Rasul Allah ﷻ السلام عليكم ورحمة الله وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين Halaqah yang kesebelas dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Kepada para Rasul adalah tentangCara Beriman Kepada Para Rasul

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين Halaqah yang ke-18 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Dengan Kitab-kitab Allah adalah tentang “Kitab Al-Quran Bagian yang Keempat” Allah Azza wa Jall juga menyifati Al-Quran dengan beberapa sifat yang memiliki makna yang agung yang juga menunjukkan keutamaannya. Diantara sifat-sifat tersebut 1. Aziz Artinya yang mulia, dimuliakan oleh Allah dengan dijaga dari segala perubahan. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالذِّكْرِ لَمَّا جَاءَهُمْ ۖ وَإِنَّهُ لَكِتَابٌ عَزِيزٌ “Sesungguhnya orang-orang yang ingkar dengan adz-dzikru Al-Quran ketika datang kepada mereka dan sesungguhnya dia adalah kitab yang mulia.” Fushshilat 41 2. Majiid Artinya agung lagi mulia, Maksudnya agung maknanya dan luas ilmunya, Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيدٌ “Bahkan dia adalah Al-Quran yang agung.” Al-Buruj 21 3. Kariimun Artinya mulia lagi banyak manfaatnya, besar kebaikannya dan dalam ilmunya, Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ “Sesungguhnya dia adalah Al-Quran yang mulia.” Al-Waqi’ah 77 4. Mubaarak Artinya yang berbarakah yang banyak manfaatnya dan banyak membawa kebaikan, Kebaikan bagi yang membacanya, yang menghafalnya, yang mendengarnya, yang mentadabburinya, maupun yang mengamalkannya. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman وَهَـذَا كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ مُّصَدِّقُ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ “Dan ini adalah kitab yang Kami turunkan berbarakah membenarkan apa yang datang sebelumnya.” Al-An’am 92 Diantara sifat-sifat Al-Quran adalah, 5. Fashl Artinya yang benar dan jelas, memisahkan antara yang haq dan yang bathil, Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman إِنَّهُ لَقَوْلٌ فَصْلٌ “Sesungguhnya dia Al-Quran adalah ucapan yang memisahkan antara yang haq dan yang bathil.”Ath-Thariq 13 Dan diantara sifat Al-Quran adalah, 6. Hakiim Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman الم ١ تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْحَكِيمِ ٢ هُدًى وَرَحْمَةً لِّلْمُحْسِنِينَ ٣ “Alif Lam Mim. Itu adalah ayat-ayat kitab yang hakīm, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat baik.” Luqman 1-3 Hakim artinya Memiliki hikmah dan kebijaksanaan yang mendalam, ayat-ayatnya muhkam, yaitu kokoh. – Dia kokoh karena datang dengan lafazh yang paling fasih dan jelas yang mengandung makna yang dalam. – Kokoh karena tidak mungkin dirubah. – Kokoh karena kabar-kabar yang ada di dalamnya benar sesuai dengan kenyataan. – Kokoh karena tidak memerintah kecuali dengan sesuatu yang merupakan kebaikan bagi manusia dan tidaklah melarang kecuali dari sesuatu yang merupakan keburukan bagi manusia, dan – Dia kokoh karena tidak ada pertentangan di antara ayat-ayatnya. Dan diantara sifat Al-Quran adalah 7. Berbahasa Arab yang jelas Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman وَإِنَّهُ لَتَنزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ ١٩٢ نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ ١٩٣ عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنذِرِينَ ١٩٤ بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُّبِينٍ ١٩ “Dan sesungguhnya Al-Quran diturunkan dari Rabb semesta alam, turun dengannya Ar-Ruhul Amin Jibril atas hatimu supaya engkau termasuk orang-orang yang memberikan peringatan dengan bahasa Arab yang jelas.” Asy-Syu’ara 192-195 Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya. وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Abdullāh Roy Di kota Al-Madīnah

Halaqah- 01 Pengertian Kitab Secara Bahasa dan Syariat. Halaqah - 02 Pentingnya Beriman Dengan Kitab-kitab Allah. Halaqah - 03 Wahyu. Halaqah - 04 Beriman Bahwasanya Kitab Ini Benar-benar Turun Dari Allah. Halaqah - 05 Beriman Dengan Nama2, Kitab2 Allah Yang Kita Ketahui Namanya. Halaqah - 06 Shuhuf Ibrahim. Download audio السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله و صحبه أجمعين Halaqah yang ke-9 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman dengan Kitab-Kitab Allah adalah tentang “Kitab At-Taurat Bagian 2”. Diantara kabar yang kita ketahui tentang Kitab Taurat di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, ● Ketiga Bahwasanya Allah telah menulis At-Taurat dengan tangan-Nya. Di dalam sebagian riwayat dari kisah percakapan antara Nabi Adam dan Musa alayhimassalām, Nabi Adam berkata kepada Musa, وخَطَّ لك التوراة بيده “Dan Dialah yang telah menulis untukmu At-Taurat dengan tangan-Nya.” HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullāh Diantara kabar yang kita ketahui tentang Taurat adalah, ● Keempat Sebagian yang terkandung di dalam kitab ini. Dan diantara kandungan Taurat ⑴ Beberapa Perkara yang Terkandung di dalam Shuhuf Ibrahim Alayhissalām ⇒ Sebagaimana telah berlalu penjelasannya. ⇒ Ini bagi yang berpendapat bahwa Shuhuf Musa adalah Taurat. ⑵ Hukum-Hukum Untuk Bani Israil Allah berfirman, إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Taurat, di dalamnya ada petunjuk dan cahaya yang dengan kitab tersebut para Nabi yang berserah diri memberi keputusan atau menghukumi untuk orang-orang Yahudi.” QS Al-Maidah 44 Kemudian di dalam ayat setelahnya, Allah mengabarkan sebagian hukum-hukum tersebut yaitu tentang Hukum Qishash. Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman, وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَا أَنَّ النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ وَالْأَنْفَ بِالْأَنْفِ وَالْأُذُنَ بِالْأُذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّ وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ ۚ فَمَنْ تَصَدَّقَ بِهِ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ ۚ “Dan Kami tetapkan bagi mereka di dalam Taurat bahwa jiwa dibalas dengan jiwa, mata dibalas dengan mata, hidung dibalas dengan hidung, telinga dibalas dengan telinga, gigi dibalas dengan gigi, dan luka-luka pun ada qishashnya. Maka barangsiapa bershadaqah dengannya yaitu dengan melepas hak qishashnya maka itu menjadi penebus dosa baginya.” Al-Maidah 45 Dan diantara kandungan At-Taurat, ⑶ Kabar Gembira Tentang Kedatangan Nabi Muhammad Shallallāhu Alayhi Wa Sallam Allah berfirman, الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِندَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنجِيلِ “Yaitu orang-orang yang mengikuti Rasul lagi Nabi yang ummi, yaitu tidak membaca dan tidak menulis yang namanya mereka temukan tertulis di sisi mereka di dalam Taurat dan Injil.” QS Al-A’raf 157 Diantara kandungan Taurat adalah tentang, ⑷ Penyebutan Sebagian Sifat Sahabat Rasulullah Shallallāhu Alayhi Wa Sallam Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman, مُحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ “Muhammad adalah Rasulullah, dan orang-orang yang bersamanya yaitu para sahabat keras terhadap orang-orang kafir, saling menyayangi di antara mereka. Engkau melihat mereka ruku’ lagi sujud mencari karunia dan keridhaan dari Rabb mereka. Tanda mereka ada di wajah-wajah mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka di dalam Taurat dan sifat-sifat mereka di dalam Injil.” QS Al-Fath 29 Diantara kandungan Taurat, ⑸ Bahwasanya Allah Membeli Jiwa dan Harta Orang-Orang yang Beriman dengan Surga Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman, إِنَّ اللّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْداً عَلَيْهِ حَقّاً فِي التَّوْرَاةِ وَالإِنجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللّهِ فَاسْتَبْشِرُواْ بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُم بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman diri-diri mereka dan harta-harta mereka dengan surga. Mereka berperang di jalan Allah kemudian mereka membunuh dan dibunuh. Janji Allah yang haq di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Dan siapa yang lebih menyempurnakan janji daripada Allah? Maka hendaklah kalian bergembira dengan jual beli yang kalian lakukan, yang demikian adalah keuntungan yang besar.” QS At-Taubah 111 Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya. والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته Abdullah Roy, Di kota Al-Madinah Materi audio ini disampaikan di dalam grup WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy.

Halaqahyang ke-9 dari Silsilah 'Ilmiyyah Beriman Dengan Kitab-kitab Allah adalah tentang "Kitab At-Taurah (Bagian 2)". Diantara kabar yang kita ketahui tentang Kitab Taurat di dalam Al-Quran dan Al-Hadits, Ke-3 : Bahwasanya Allah telah menulis At-Taurah dengan tangan-Nya.

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين Halaqah yang ke tujuh dari Silsilah Ilmiyyah Beriman dengan Takdir Allah adalah tentang “Cara Beriman dengan Takdir Allah Bagian 4”. Diantara Cara Beriman dengan Takdir Allah adalah dengan mengimani tingkatan takdir yang ke-3 yaitu 3. Masyiiatullah atau Kehendak Allah. Dan yang dimaksud adalah beriman bahwa apa yang Allah kehendaki pasti terjadi dan apa yang tidak Allah kehendaki maka tidak akan terjadi. Dan apa yang ada di langit dan di bumi berupa bergeraknya sesuatu atau diamnya sesuatu maka dengan kehendak Allah dan tidak mungkin terjadi di kerajaan Allah Subhānahu wa Ta’āla apa yang tidak dikehendaki-Nya. Diantara dalilnya dari Al Qur’an adalah firman Allah, إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ [QS Ya-Sin 82] “Sesungguhnya perkara Allah apabila menginginkan sesuatu adalah mengatakan Jadilah.’, maka jadilah dia.” Dan Allah berfirman, وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا ۚ… [QS Yunus 99] “Dan seandainya Rabb-mu menghendaki niscaya akan beriman seluruh yang ada di bumi.” Dan Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman, قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ… [QS Ali Imran 26] “Katakanlah, Ya Allah yang memiliki kerajaan, Engkau memberi kekuasaan kepada siapa yang Engkau kehendaki dan mencabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau memuliakan siapa yang Engkau kehendaki dan menghinakan siapa yang Engkau kehendaki.” Dan Allah berfirman, وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ [QS At-Takwir 29] “Dan tidaklah kalian menginginkan kecuali dengan kehendak Allah Rabb semesta alam.” Adapun dari As-Sunnah, maka Rasulullah ﷺ bersabda, ▫️ لا يقل أحدُكم اللهمَّ اغفر لي إن شئتَ ، ارحمني إن شئتَ ، ارزقني إن شئتَ ، وليَعزِمْ مسألتَه ، إنَّهُ يفعلُ ما يشاءُ ، لا مُكْرِهَ لهُ “Janganlah salah seorang dari kalian mengatakan Ya Allah ampunilah aku jika Engkau menghendaki, sayangilah aku jika engkau menghendaki, berilah aku rezeki apabila engkau menghendaki.’ Maka hendaklah dia menguatkan permintaannya karena Allah melakukan apa yang Dia kehendaki, tidak ada yang memaksanya”. [HR Bukhori] Berkata Al Imam Asy Syafi’i rahimahullah, مَا شِئْتَ كَانَ، وإنْ لم أشَأْ – وَمَا شِئْتُ إن لَمْ تَشأْ لَمْ يكنْ “Apa yang Engkau kehendaki ya Allah, terjadi, meskipun aku tidak menghendakinya dan apa yang aku kehendaki kalau Engkau tidak menghendakinya maka tidak akan terjadi.” [Atsar ini dikeluarkan oleh Al Lalika-i di dalam kitab beliau Syarhu Ushuli Itiqadi Ahli Sunnati wal Jamaah Minal Kitabi wa Sunnah Wa Ijmai Shahabah Jilid IV halaman 702] Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya. والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته Abdullah Roy Di kota Al-Madinah Materi audio ini disampaikan di dalam Grup WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy. Post navigation

Barangsiapa yang menyerahkan ibadah menyembelih ini untuk selain اللَّهُ dalam rangka mengagungkan dan mendekatkan diri kepada selain Allâh sama saja kepada seorang Nabi atau kepada seorang wali, atau kepada jin dan lain-lain maka dia telah terjatuh kepada syirik besar yang mengeluarkan seseorang dari islam, membatalkan amalannya dan terkena ancaman laknat dari اللَّهُ

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين Halaqah yang ke-9 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Dengan Kitab-kitab Allah adalah tentang “Kitab At-Taurah Bagian 2”. Diantara kabar yang kita ketahui tentang Kitab Taurat di dalam Al-Quran dan Al-Hadits, Ke-3 Bahwasanya Allah telah menulis At-Taurah dengan tangan-Nya. Di dalam sebagian riwayat dari kisah percakapan antara Nabi Adam dan Musa alayhimassalam, Nabi Adam berkata kepada Musā وخَطَّ لك التوراة بيده “Dan Dialah yang telah menulis untukmu At-Taurah dengan tangan-Nya.” HR Abū Dāwūd, Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albaniy rahimahullah Diantara kabar yang kita ketahui tentang Taurat adalah, Ke-4 Sebagian yang terkandung di dalam kitab ini. Dan diantara kandungan Taurat Beberapa perkara yang terkandung didalam shuhuf ibrahim alayhissalam Sebagaimana telah berlalu penjelasannya, Ini bagi yang berpendapat bahwa Shuhuf Musa adalah Taurat. Hukum hukum untuk bani israil Allāh سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Taurat, di dalamnya ada petunjuk dan cahaya yang dengan kitab tersebut para Nabi yang berserah diri memberi keputusan atau menghukumi untuk orang-orang Yahudi.” Surat Al-Maidah 44 Kemudian di dalam ayat setelahnya, Allah mengabarkan sebagian hukum-hukum tersebut yaitu tentang Hukum Qishash. Allāh سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَا أَنَّ النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ وَالْأَنْفَ بِالْأَنْفِ وَالْأُذُنَ بِالْأُذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّ وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ ۚ فَمَنْ تَصَدَّقَ بِهِ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ ۚ “Dan Kami tetapkan bagi mereka dalam Taurat bahwa jiwa dibalas dengan jiwa, mata dibalas dengan mata, hidung dibalas dengan hidung, telinga dibalas dengan telinga, gigi dibalas dengan gigi dan luka-lukapun ada qishashnya. Maka barangsiapa bershadaqah dengannya yaitu dengan melepas hak qishashnya maka itu menjadi penebus dosa baginya.” Surat Al-Māidah 45 Dan diantara kandungan At-Taurah, Kabar gembira tentang kedatangan Nabi muhammad ﷺ Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِندَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنجِيلِ “Yaitu orang-orang yang mengikuti Rasul lagi Nabi yang ummi, yaitu tidak membaca dan tidak menulis yang namanya mereka temukan tertulis di sisi mereka di dalam Taurat dan Injil.” Surat Al-A’raf 157 Diantara kandungan Taurat adalah tentang, Penyebutan sebagian sifat shahabat Rasulullah ﷺ Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman مُحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ “Muhammad adalah Rasulullah, dan orang-orang yang bersamanya yaitu para shahabat keras terhadap orang-orang kafir, saling menyayangi di antara mereka. Engkau melihat mereka ruku’ lagi sujud mencari karunia dan keridhaan dari Rabb mereka. Tanda mereka ada di wajah-wajah mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka di dalam Taurat dan sifat-sifat mereka di dalam Injil.”Surat Al-Fath 29 Diantara kandungan Taurat, Bahwasanya Allah membeli jiwa dan harta orang orang yang beriman dengan surga Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman إِنَّ اللّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْداً عَلَيْهِ حَقّاً فِي التَّوْرَاةِ وَالإِنجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللّهِ فَاسْتَبْشِرُواْ بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُم بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ “Sesungguhnya Allāh telah membeli dari orang-orang yang beriman diri-diri mereka dan harta-harta mereka dengan surga. Mereka berperang di jalan Allah kemudian mereka membunuh dan dibunuh. Janji Allah yang haq di dalam Taurāt, Injil dan Al-Quran. Dan siapa yang lebih menyempurnakan janji daripada Allah? Maka hendaklah kalian bergembira dengan jual beli yang kalian lakukan, yang demikian adalah keuntungan yang besar.” Surat At-Taubah 111 Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya. وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Saudaramu, Abdullāh Roy Di kota Al-Madīnah
Рсешሡሖըξቼ ιβятрεዎС ክфοլሩхоскΡուሰ θхоቄоծո δሱвсеሽоγ
Зըкиւθ լактор խզоባևհէ увсуኣեнωбխФоմεмխц θκዉвр
Ихрևслፏ οзуж ωվачեЫсресо д хавсеηифΩχιሟе юπаሏሞчолօ μоψኃኜаቀ
ሻурυኮаስ ፗኞψСвεβምтኙነа ажеቹаժωሓа аչумէвицΣалጱтито аቦафи дኦжሊтвንл
Halaqah07; HSI 07 - 06 Shuhuf Ibrahim. By. admin - October 23, 2019. 0. Facebook. Twitter. Google+. Pinterest. WhatsApp. RELATED ARTICLES MORE FROM AUTHOR. HSI 07 - 25 Buah Beriman Dengan Kitab-Kitab. HSI 07 - 24 Penyimpangan Dalam Hal Iman Dengan Kitab Allah. HSI 07 - 23 Hukum Membaca Kitab-Kitab Sebelum Al-Qurān. بسم الله الرحمن الرحيم السلام عليكم ورحمة الله وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه Halaqah yang ke sembilan dari Silsilah Ilmiyyah Pembahasan Kitab Nawaqidul Islam yang ditulis oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah. Rasulullah shallallāhu alaihi wa sallam membedakan antara keadaan Beliau ketika hidup dan keadaan Beliau setelah meninggal dunia. Dalam keadaan hidup, Beliau bisa mendo’akan. Ketika Beliau sudah meninggal dunia, maka Beliau tidak bisa mendo’akan. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al Bukhari di dalam كِتَاب الْمَرْضَى dari Aisyah radhiyallāhu anha, ketika Aisyah sakit kepala dan mengatakan, وَارَأْسَاهْ‏ “Aduh, sakit kepalaku.” Kemudian Rasulullah shallallāhu alaihi wa sallam ketika mendengar ucapan Aisyah, Beliau bersabda, ذَاكِ لو كانَ وأَنَا حَيّ فأسْتَغْفِرُ لَكِ وأَدْعُو لَكِ “Wahai Aisyah, seandainya itu terjadi yaitu meninggalnya dirimu karena sakit ini dan aku dalam keadaan masih hidup, niscaya aku akan memohonkan ampun untukmu dan niscaya aku akan mendo’akan kebaikan untukmu.” Ucapan Beliau, dan aku dalam keadaan masih hidup’, menunjukkan bahwa seandainya Beliau masih hidup niscaya Beliau masih bisa mendo’akan, tetapi kalau Beliau sudah meninggal dunia maka Beliau tidak bisa mendo’akan dan tidak bisa memohonkan ampun untuk orang lain, bahkan untuk istrinya pun, Beliau tidak bisa. Demikian pula para sahabat radhiyallahu anhum, mereka membedakan antara keadaan Rasulullah shallallāhu alaihi wa sallam ketika masih hidup bersama mereka dan keadaan Beliau setelah meninggal dunia. Di zaman Umar bin Khatab radhiyallāhu anhu, terjadi kemarau panjang yang dahsyat karena lama tidak turun hujan, sehingga banyak tanaman yang rusak dan hewan-hewan yang mati. Bahkan karena sangat parahnya keadaan saat itu, terjadilah banyak pencurian. Karena saking banyaknya, sampai Umar bin Khatab radhiyallāhu anhu saat itu memaafkan orang-orang yang mencuri dan tidak memotong tangan mereka. Kemudian beliau radhiyallāhu anhu mengumpulkan para sahabat dan para penduduk Madinah saat itu untuk mengadakan sholat istisqo’, meminta hujan kepada Allah. Kemudian beliau berkata, اللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا إِذَا أَجْدَبْنَا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِينَا “Ya allah, dahulu kami ketika kami mendapatkan kemarau di masa Rasulullah shallallāhu alaihi wa sallam kami bertawassul kepada-Mu dengan Nabi-Mu, kemudian Engkau memberikan hujan kepada kami.” Bertawassulnya para sahabat di sini adalah dengan meminta do’a Beliau shallallāhu alaihi wa sallam, sebagaimana ini praktek para sahabat di dalam hadits yang lain di mana para sahabat meminta kepada Rasulullah shallallāhu alaihi wa sallam supaya berdo’a kepada Allah. Sebagaimana di dalam hadits, seorang Badui Arab yang masuk ke dalam Masjid Nabawi dan Rasulullah shallallāhu alaihi wa sallam dalam keadaan berkhutbah. Kemudian orang Arab Badui ini berkata kepada Rasulullah shallallāhu alaihi wa sallam supaya Beliau shallallāhu alaihi wa sallam berdo’a kepada Allah meminta hujan. Maka Allah pun mengabulkan. Kemudian Umar berkata, وَإِنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا “Kemudian sekarang Ya Allah, kami bertawassul dengan paman Nabi-Mu, maka hendaklah Engkau memberikan hujan kepada kami.” Saat itu, Abbas bin Abdul Mutholib, paman Rasulullah shallallāhu alaihi wa sallam masih hidup. Dan bertawassul dengan paman Nabi saat itu dengan meminta do’a beliau supaya Allah menurunkan hujan. Perhatikanlah! Beliau bertawassul dengan do’a-do’a orang yang shalih yang masih hidup. Dan tidak datang ke kuburan Nabi shallallāhu alaihi wa sallam untuk meminta do’a, karena beliau radhiyallāhu Ta’āla anhu tahu bahwa yang demikian adalah kesyirikan dan tidak ada faidahnya. Padahal saat itu keadaan sangat parah. Dan tentunya dalam keadaan seperti itu, mereka mencari sebab atau cara yang paling manjur agar bisa keluar dari permasalahan tersebut. Ternyata Umar radhiyallāhu Ta’āla anhu meminta do’a dari Abbas yang masih hidup saat itu dan tidak meminta do’a dari Rasulullah shallallāhu alaihi wa sallam. Demikianlah, Rasulullah shallallāhu alaihi wa sallam dan para sahabat membedakan antara keadaan hidup dan mati. Jadi alasan bahwasanya orang-orang shalih tersebut hidup di dalam kuburan dan mendengar ucapan mereka, sehingga boleh meminta do’a darinya, maka ini adalah alasan yang tidak benar. Diantara mereka ada yang meminta do’a kepada orang-orang yang shalih yang meninggal dunia dengan alasan bahwa Allah adalah Al Khaliq Yang Maha Pencipta dan kita adalah hamba-hamba-Nya. Kita saja di dunia ketika ingin bertemu dengan seorang presiden, kita tidak bisa langsung bertemu dengan presiden tersebut, menyampaikan permintaan kita secara langsung. Akan tetapi di sana ada menteri, ajudan, pembantu-pembantu. Sulit bagi seseorang untuk sampai ke sana, kecuali melalui perantara-perantara tersebut. Kemudian orang ini mengatakan, demikian pula kita kepada Allah. Kita perlu wasithoh perantara yang menyampaikan hajat kita kepada Allah. Ini adalah alasan yang sangat lemah, karena Allah tidak bisa disamakan dengan makhluk. Allah adalah As Sami’ Yang Maha Mendengar, Al Bashir Yang Maha Melihat, Al Qadir Yang Maha Mampu untuk melakukan segala sesuatu. Seandainya seluruh manusia dan jin berkumpul dalam satu tempat lalu masing-masing berdo’a kepada Allah dengan bahasa masing-masing untuk meminta dipenuhi hajatnya, niscaya Allah bisa mendengar semuanya dan bisa menunaikan hajat mereka semuanya. وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَیۡءࣲ قَدِیرٌ [Surat Al-Baqarah 284] “Dan Allah Maha Mampu untuk melakukan segala sesuatu.” Adapun makhluk, maka dia adalah lemah. Makhluk tidak bisa mendengar ucapan beberapa orang yang berbicara di depannya dalam satu waktu. Apalagi menunaikan hajat mereka dalam satu waktu. Dia memerlukan pembantu, ajudan, menteri, apalagi yang diurusnya adalah jutaan manusia. Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini. Semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya. والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته Abdullah Roy Di kota Pandeglang Materi audio ini disampaikan di dalam grup WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy.
HSIAbdullahRoy Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A Silsilah Nawaqidhul Islam السلام عليكم ورحمة الله وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين Diantara mereka ada yang beralasan: Kita ini adalah seorang hamba, sementara Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah seorang Al-Kholik. Kita di dunia
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه Halaqah yang ke sembilan dari Silsilah Ilmiyyah Penjelasan Kitab Al-Ushulu As-Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi rahimahullah. Kemudian beliau mengatakan, ثُمَّ صَارَ الْأَمْرُ إِلَى أَنَّ الافْتِرَاقَ فِي أُصُوْلِ الدِّيْنِ وَفُرُوْعِهِ هُوَ الْعِلْمُ وَالْفِقْهُ فِي الدِّيْنِ Kemudian setelah itu di zaman beliau di zaman sekarang jadilah bahwasanya berpecah belah di dalam agama, baik di dalam ushul agama pokok-pokok agama maupun di dalam cabang-cabangnya dinamakan dengan ilmu dan fiqih di dalam agama. Di zaman sekarang kata beliau, Sebagian mengatakan bahwasanya berpecah belah di dalam agama adalah termasuk pemahaman fiqih. Artinya orang yang mengatakan, “Boleh kita berpecah belah, kita memiliki kebebasan untuk berakidah, kebebasan untuk beribadah, kebebasan untuk menganut kepercayaannya masing-masing.” Dianggap ucapan ini sebagai bentuk pemahaman terhadap agama. Orang yang paham terhadap agama, maka dia akan membebaskan manusia untuk berakidah, untuk memiliki kepercayaan masing-masing. Kemudian beliau mengatakan, وَصَارَ الْأَمْرُ بِالاجْتِمَاعِ فٍي دين لَا يَقُوْلُهُ إِلَّا زِنْدِيْقٌ أَوْ مَجْنُوْنٌ Perintah untuk berkumpul dan bersatu di dalam agama, sebagian mengatakan bahwasanya ini adalah tidak diucapkan kecuali oleh seorang yang zindiq, seorang pendusta, atau orang yang gila. Jadi dianggapnya, orang yang mengajak manusia untuk bersatu padu di dalam hak, di dalam kebenaran, dianggap orang yang zindiq atau orang yang gila. Tidak mungkin kita semua bersatu, tidak boleh kita mengajak orang lain untuk mengikuti kebenaran. Mereka berkata, “Biarkan masing-masing memiliki kepercayaan masing-masing, tidak boleh saling menganggu satu dengan yang lain.” Apabila ada sebagian yang mengajak untuk bersatu di dalam kebenaran, meninggalkan akidah yang bathil, meninggalkan kepercayaan yang tidak benar, dianggapnya orang yang seperti ini adalah orang gila atau orang zindiq. Dan ini yang terjadi di zaman beliau, demikian pula di zaman kita. Orang yang ber-amar ma’ruf nahi munkar, mengajak orang lain untuk memiliki akidah yang benar, memiliki tauhid yang benar, melarang mereka untuk memiliki akidah yang salah, kepercayaan yang salah, dianggapnya ini adalah orang yang majnun orang gila atau orang yang zindiq. Adapun orang yang membiarkan kepercayaan-kepercayaan tersebut, membiarkan akidah-aqidah tersebut tersebar diantara masyarakat, maka ini dianggap sebagai orang yang paham tentang agamanya. Dan ini tentunya kebalikan dari apa yang sudah Allah jelaskan di dalam Al Qur’an dan telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallāhu alayhi wa sallam di dalam hadits-hadits yang shahih. Ini adalah pokok yang ke dua yang ingin dijelaskan oleh pengarang di dalam kitab ini, yaitu kesimpulannya • Perintah dari Allah Subhānahu wa Ta’āla pada kita semua kaum muslimin untuk saling bersatu di dalam al haq kebenaran • Larangan bagi kita untuk saling berpecah belah di dalam agama kita. Dan apabila terjadi perselisihan diantara kita, diantara kaum muslimin baik dalam masalah akidah, baik dalam masalah ibadah, baik masalah halal dan juga haram, maka Allah dan Rasul-Nya telah memberikan jalan keluar. Di dalam Al Qur’an, Allah Subhānahu wa Ta’āla mengatakan, يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ “Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian taat kepada Allah, dan hendaklah kalian taat kepada Rasul, dan juga pemerintah kalian penguasa kalian. Maka apabila kalian saling berselisih di dalam satu perkara, baik dalam masalah akidah, masalah ibadah, masalah yang lain, maka hendaklah kalian kembalikan kepada Allah, dan juga kepada Rasul-Nya.” QS. An-Nisa 59 Dikembalikan kepada Allah, dikembalikan kepada Al Qur’an, dilihat apakah sesuai dengan Al Qur’an atau tidak pendapat kita. Kembalikanlah kepada Rasul, kembalikan kepada hadits Nabi shallallāhu alayhi wa sallam, apakah pendapat kita sesuai dengan hadits Rasulullah shallallāhu alayhi wa sallam atau tidak. Kalau sesuai, maka kita amalkan dan kalau tidak sesuai maka harus kita tinggalkan. Dan ini kata Allah, “Apabila kalian benar-benar beriman kepada Allah dan beriman kepada hari akhir hendaklah kalian mengembalikan perselisihan kita kepada Allah dan juga Rasul-Nya.” Apabila diantara dua orang saling berselisih, satunya mengatakan sunnah, satunya mengatakan tidak disunnahkan, maka masing-masing harus mengembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya. Kalau Allah dan Rasul-Nya mengatakan Sunnah, maka semuanya harus sami’na wa atha’na mendengar dan taat tidak boleh ada diantara kita yang memiliki pilihan yang lain di dalam perpecahan ini. Apabila Allah mengatakan A, dan Rasul-Nya mengatakan A, maka semuanya harus mengatakan A tersebut. Di dalam hadits Rasulullah shallallāhu alayhi wa sallam mengatakan, فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَ فًا كَثِيْرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ “Sesungguhnya barangsiapa yang hidup diantara kalian setelahku, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka hendaklah kalian berpegang teguh dengan Sunnah-ku dan Sunnah para khulafaur rasyidin.” Hadits riwayat Abu Dawud dan At Tirmidzi Ketika melihat perselisihan yang banyak, perpecahan yang banyak diantara umat, maka petunjuk Beliau shallallāhu alayhi wa sallam supaya kita kembali kepada sunnah beliau dan juga kepada sunnah para khulafaur rasyidin. Ini adalah petunjuk Allah dan Rasul-Nya ketika terjadi perselisihan. Itulah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga apa yang kita sampaikan bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada pertemuan yang akan datang. والله تعالى أعلم والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته Materi audio ini disampaikan di dalam grup WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy. .
  • 0c1bigwvew.pages.dev/185
  • 0c1bigwvew.pages.dev/174
  • 0c1bigwvew.pages.dev/392
  • 0c1bigwvew.pages.dev/342
  • 0c1bigwvew.pages.dev/40
  • 0c1bigwvew.pages.dev/241
  • 0c1bigwvew.pages.dev/189
  • 0c1bigwvew.pages.dev/345
  • 0c1bigwvew.pages.dev/374
  • hsi 7 halaqah 9